Al-Mizan Dulu, Al-Mizan Kini

Posted on 12th Dec 2017 at 11:22  by  Admin Al Mizan


Gairah pondok pesantren untuk terus berkembang semakin menggeliat seiring berkembangnya zaman. Pondok pesantren kini tidak hanya dikenal sebagai ‘lumbung’ pendidikan agama, tetapi juga sebagai lembaga pendidikan multi yang mampu mendidik banyak aspek dalam kehidupan para santrinya. Kyai sebagai sosok utama dalam proses pendidikan di pondok benar-benar menjadi uswah hasanah dalam segala hal yang berlaku di pondok pesantren, karena pondok adalah desain seorang Kyai yang mendirikan pondok tersebut tanpa ada intervensi dari pihak manapun.

Dulu, Al-Mizan sejak berdirinya pada tahun 1993, telah menerima santri baik putra maupun putri, dengan format kelas campuran. Ini berjalan hingga 18 tahun semenjak berdirinya pondok. Format ini jamak digunakan hampir seluruh sekolah di Indonesia, bercampur dalam sekelas antara laki-laki dan perempuan. Padahal, dalam hukum Islam telah dijelaskan adanya larangan ber-khalwat(bercampur) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dalam satu tempat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

 لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ مَعَ امْرَءَةٍ وَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

Artinya:

“Janganlah sekali-kali seorang pria berduaan dengan seorang wanita, karena yang ketiganya adalah syetan.” (HR. Ahmad)

Inilah yang menjadi salah satu acuan, karena Al-Mizan ingin mendidik para santrinya secara Islami dengan seutuhnya, dengan menanamkan sikap dan akhlaq yang sesuai dengan ciri ajaran Islam. Maka, timbullah keinginan untuk memisahkan pendidikan antara putra dan putri, tidak hanya di kelas, lokasinya pun harus terpisah.

Memasuki pertengahan tahun 2012, Pondok Pesantren Modern Al-Mizan di umurnya yang ke-19 memulai sebuah langkah besar dengan memisahkan proses pendidikan bagi santri putra dan putri, mendirikan lokasi pondok baru di Cikole, Pandeglang, yang akan menjadi pusat pendidikan bagi santri putri Al-Mizan. Pemisahan ini bukan tanpa alasan, banyak hal yang menjadi pertimbangan kala Pimpinan Pondok, Drs. K.H. Anang Azharie Alie, M.Pd.I, merencanakan pembangunan Pondok Putri Al-Mizan.

Prospek Al-Mizan Putra

Dengan semangat baru, mulai tahun ajaran baru ini para santri Al-Mizan akan diarahkan untuk mampu menyesuaikan diri dengan suasana baru setelah dipisahnya kawasan pondok bagi putra dan putri. Dengan adanya pemisahan ini, diharapkan para santri putra mampu bergerak aktif dan bebas secara positif dan lebih mampu mengembangkan aspek yang ada dan menciptakan hal-hal baru yang mampu mendukung pengembangan bakat dan potensi para santri Al-Mizan putra baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pendidikan seorang siswa sesungguhnya adalah ketika santri memiliki البيئة  (lingkungan) yang mampu mendukung secara penuh perkembangan secara moril. Dan itu hanya mampu tercipta apabila dihapusnya unsur-unsur khalwat dalam proses pendidikan yang berlangsung di Al-Mizan. Dengan terciptanya lingkungan baru, para santri putra diharapkan mampu bergerak dinamis dan berkembang aktif dalam berbagai segi, baik kegiatan di kelas, asrama, kamar, olahraga, kesenian, dan berbagai aspek lainnya. Hal ini diharapkan agar santri mampu menjadi insan kamil yang militan dan mampu melakukan banyak hal, sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat kelak.

Etos kerja, kemandirian, aktivitas dan kreativitas, adalah beberapa hal yang menjadi tolak ukur kemampuan para santri putra untuk membuktikan diri bahwa mereka mampu bekerja mandiri, ikhlas, mau berjuang, sesuai dengan visi dan misi pondok dan berlandaskan panca jiwa dan motto pondok yang menciptakan orang-orang yang mampu menghidupi dalam hidup, menciptakan para pemimpin ummat di masa depan kelak, Bersiaplah putra-putra Al-Mizan!

Prospek Al-Mizan Putri, Cikole

Poin-poin yang harus dikembangkan diatas juga berlaku bagi santri putri. Dengan semangat lingkungan baru di Cikole, diselimuti sejuknya suasana panorama pesawahan dan gunung, diharapkan mampu menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk menunjang pendidikan santri putri yang aktif. Aktif disini bukan berarti sama dengan keaktifan putra yang agak keras dan maskulin, tetapi, tetap dengan menjaga nilai-nilai keputrian yang selayaknya, yang sesuai dengan jiwa-jiwa muslimah yang baik. Para santri putri memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam berbagai hal. Pemisahan ini tidak mempersulit, justru ini adalah sebuah momen besar untuk membentuk wanita-wanita muslimah yang mandiri, mampu melakukan berbagai macam tugas, multitasking, mampu melakukan segala sesuatunya dengan kemampuan yang ada di lingkungan sendiri.

Tentu banyak kekurangan yang ditemukan dalam langkah awal Al-Mizan Putri, hambatan-hambatan yang ada, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, semua akan menjadi pengalaman yang tak ternilai dan cerita yang dibanggakan bagi para santri Putri perdana yang kini tinggal di Al-Mizan Putri. Semua kekurangan tersebut agar tidak menjadi beban dan alasan untuk berkeluh kesah, berbanggalah putri-putri Al-Mizan! Karena saat ini kalian ditempa untuk menjadi muslimah terbaik bagi ummat, dididik untuk mampu hidup semandiri Khadijah dan secerdas Aisyah, Insyaallah.

Segala kekurangan tersebut adanya menjadi sebuah penopang dan landasan untuk mau bergerak, memajukan diri, bersama mengembangkan pondok, bersama memikirkan dan membantu pondok untuk lebih baik lagi. Karena pondok yang kita tempati sekarang adalah milik kita bersama, kita hidup bersama, iuran bersama, bertanggungjawab bersama, menghadapi kesulitan bersama, dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada bersama. Bukan dengan mengkritik, mencela pondok, menyebarkan kekurangan-kekurangan pondok kita, bila seperti itu, tak ubahnya kita menyebarkan aib kita sendiri kepada khayalak ramai, maka bantulah semampu kita. Itulah Ukhuwwah Islamiyahkita. Sharing, konsultasi, musyawarah, sangat penting dilakukan mengingat pondok putri barulah meletakkan pondasi awal yang akan dibentuk bangunan indah diatasnya, dan bangunan indah itu adalah para putri-putri Al-Mizan yang matang, yang tidak hanya memiliki kecantikan paras, tapi juga inner beauty, kecantikan dari dalam secara moral dan tingkah laku, putri-putri Al-Mizan yang sukses dalam pengabdiannya untuk pondok, agama, dan masyarakat. Amin.

Pondok adalah Miniatur Kehidupan

Pada hakekatnya, seperti yang diuraikan dalam kuliah umum pondok dalam Khutbatul ‘Arsy, pondok pesantren terbentuk karena adanya santri yang ingin belajar kepada kyai. Maka, pondok bukan hanya tanggungjawab kyai ataupun asatidz yang ada di pondok, rasa tanggungjawab itupun harus dimiliki setiap santri yang hidup dan belajar di Al-Mizan. Harus memiliki rasa ikhlas dididik, ditempa, dan diberikan pengajaran. Bukan malah berkeluh kesah, bahkan menangis apabila pondok dirasa kurang sesuai dengan apa yang diinginkan, Pondok bukan hotel!

Disini kita ditempa untuk punya rasa peka terhadap lingkungan sekitar, dididik untuk belajar hidup di masyarakat, masyarakat pondok pesantren. Pondok adalah miniatur kehidupan yang tertata dengan disiplin, sunnah-sunnah, jiwa dan filsafat hidup. Mungkin kita tidak banyak yang mengerti beberapa ungkapan seperti “Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja!” apabila masih hidup di lingkungan pondok. Tapi orang-orang terdahulu baru mengerti hakikat ungkapan tersebut ketika mereka telah menghadapi hidup yang sesungguhnya di luar sana. Dan mereka menyadari, bahwa segala yang mereka dengar, lihat, dan rasakan adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk mampu berperan dalam kehidupan di lingkungan masing-masing.

Terimalah, nikmatilah, resapilah segala langkah yang kalian pijakkan di Al-Mizan ini, jangan mengharap balasan, bergeraklah! Karena ganjaran orang-orang yang membantu pondok adalah hasil yang mereka kerjakan selama di pondok. Bergeraklah, maka kita hidup, mendapatkan apa yang kita lakukan dalam pergerakan hidup kita.

Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang berjiwa besar, hidup dengan keikhlasan dan memiliki daya juang. Karena kita hidup untuk menjadi seorang pemimpin, dididik untuk menjadi seorang yang mampu menciptakan hidup. Karena kita belajar di Al-Mizan, wahana pendidikan hidup, mempersiapkan diri kita untuk menjadi kader ummat terbaik untuk dunia. Bismillah! 

Tags :